Alfredho Surbakti, Bekasi 2018
Ada berita baik bagi masyarakat Asia yang menjagokan inovasi tanah air, terutama dalam bidang kecerdasan buatan (AI) yang akan berperan besar bagi industri masa depan. Beberapa negara seperti Korea Selatan, Singapura, Jepang, dan Taiwan kini telah menjadi lahan persemaian inovasi AI.
Hal ini penting mengingat semakin canggih suatu sistem dampaknya juga akan semakin besar bagi kehidupan dan pekerjaan manusia. Meskipun masih banyak yang harus Taiwan lakukan untuk menyusul ketiga rekan Asia lainnya, menurut saya negara tersebut mempunyai potensi menjadi pusat AI yang menarik.
Keempat negara ini merupakan perwakilan kecakapan AI di Asia.
JEPANG
Pemerintah Jepang memiliki peran besar dalam menopang penelitian AI. Negara ini digadang sebagai salah satu lingkungan inovasi terdepan di dunia. Kondisi ini bisa menjadi lebih baik jika mereka berfokus kepada kebijakan pendidikan, terutama dalam aspek soft skill dan pembelajaran seumur hidup(keunggulan yang Singapura telah miliki).
AI Expo Tokyo 2018 yang merupakan konferensi pasar AI terbesar di Jepang. Sumber: AI Expo Tokyo.
Berdasarkan pengalaman saya, Jepang tergolong maju dalam proses adopsi kecerdasan buatan. Hal ini terlihat dari berbagai debat konstruktif mengenai dampak dari AI terhadap ekonomi dan masyarakat. Mereka juga telah mulaimempersiapkan berbagai skenario dan solusi bagi penggunaan AI di masa depan. Sementara negara lain seperti Korea, Taiwan, dan Singapura masih mempromosikan pengetahuan dan konsep AI yang lebih mendasar.
TAIWAN
Taiwan memiliki sejumlah talenta terbaik di wilayah Asia dengan harga yang relatif murah. Jika kamu ingin membangun pusat data di Asia Timur Laut, Taiwan merupakan pilihan yang bagus. Itulah mengapa Google, IBM, dan Microsoft, tiga perusahaan teknologi raksasa dunia dengan anggaran AI yang besar, berekspansi ke Taiwan tahun ini.
Pusat data Google di kawasan industri Changhua, Taiwan. Sumber: CBS San Francisco.
Para engineer Taiwan mudah untuk dilatih terkait bidang teknologi mutakhir seperti AI. Tahun ini, pemerintah Taiwan juga sedang mencari ranah teknologi baru untuk meningkatkan Produk Domestik Bruto (PDB) dengan target mencapai US$613 miliar (sekitar Rp8,8 kuadriliun). Negara ini berencana meninggalkan ketergantungan terhadap industri manufaktur,dan pengembangan AI menjadi salah satu opsi industri lain.
KOREA SELATAN
Korea Selatan menyandang peringkat sebagai negara paling inovatif di dunia menurut indeks World Economic Forum. Negara ini telah mempersiapkan US$2 miliar (sekitar Rp28 triliun) untuk menunjang penelitian dan pengembangan kecerdasan buatan. Korea Selatan juga menempati peringkat tinggi mengenai kebijakan pasar tenaga kerja, terutama dalam aspek transisi pekerjaan.
Unit Intelijen dari The Economist baru-baru ini menyusun indeks kesiapan automasi yang menempatkan Korea Selatan di posisi pertama (disusul oleh Jerman, Singapura, dan Jepang). Ini menunjukkan Korea Selatan memiliki potensi besar menjadi pemimpin ekonomi berbasis AI.
Namun, meskipun negara ini memiliki latar belakang yang kuat dalam industri manufaktur dan teknologi, AI menjadi isu kontroversial. Pada April 2018, sejumlah peneliti memboikot universitas terkemuka di Korea Selatan yaitu Korea Advanced Institute of Science and Technology. Aksi ini muncul setelah universitas tersebut membuka “laboratorium senjata AI” dengan dukungan salah satu perusahaan terbesar di Korea Selatan.
Singapura
Singapura memelopori berbagai eksperimen menjanjikan dalam bidang pendidikan jangka panjang dan kebijakan pasar tenaga kerja. Negara ini menawarkan kesempatan bagi warga negara dewasa untuk mengikuti kursus pelatihan melalui akun belajar individual. Mereka juga mendorong perusahaan untuk berinvestasi lebih besar pada pekerja berupah rendah.
Alhasil, negara ini mendapatkan nilai tinggi untuk kebijakan tenaga kerja, bersama dengan Korea Selatan.
Penandatanganan MOU pengembangan digitalisasi dan otomasi maritim antara Maritime and Port Authority (MPA) Singapura dengan Research Council of Norway. Sumber: IBC Asia via Flickr.
Menurut saya, keunggulan Singapura terletak pada kemampuan mereka untuk tetap jadi pemain netral dalam melakukan kegiatan investasi maupun inkubasi teknologi dan bisnis AI (daripada terseret ke aksi adu pamer kemajuan masing-masing dengan bumbu nasionalisme berlebih seperti yang terjadi antara Amerika Serikat dan Cina).
Singapura juga menyesuaikan penempatan AI dengan keunggulan mereka(contohnya sejarah Singapura sebagai negara maritim). Ini menimbulkan pertanyaan mengenai bagaimana Singapura dapat bekerja lebih baik dengan industri yang sudah menjadi kelebihan mereka.
Terakhir, Singapura butuh melakukan inisiatif untuk menciptakan lingkungan ramah entrepreneur. Hal ini dapat membantu Singapura menjadi pusat talenta dan pertumbuhan AI di Asia yang memerhatikan beragam aspek kerja, seperti work-life balance yang sehat.
Jadi kesimpulannya yang telah di sampaikan perbandingan antara kecerdasan buatan dinegara Asia terutama pada perbandingan negara indonesia masih mengembangan di beberapa aspek misalnya system cerdas pada lahan parkir.Yang saya harapkan pemerintah dapat lebih memberikan apresiasi dan perhatiannya kepada para pelaku di bidang pengembangan AI , baik itu pencipta maupun pengguna. Dikatakannya, pemerintah juga harus memberikan edukasi dan memotivasi kreativitas masyarakat, khususnya anak-anak di generasi milenial ini. Dan juga setiap negara mempunya sistem parkir otomatis yang berbeda beda, meskipun tujuannnya sama, tetapi konsepnya berbeda beda dengan apa yang di butuhkan oleh negara itu sendiri.
Ada berita baik bagi masyarakat Asia yang menjagokan inovasi tanah air, terutama dalam bidang kecerdasan buatan (AI) yang akan berperan besar bagi industri masa depan. Beberapa negara seperti Korea Selatan, Singapura, Jepang, dan Taiwan kini telah menjadi lahan persemaian inovasi AI.
Hal ini penting mengingat semakin canggih suatu sistem dampaknya juga akan semakin besar bagi kehidupan dan pekerjaan manusia. Meskipun masih banyak yang harus Taiwan lakukan untuk menyusul ketiga rekan Asia lainnya, menurut saya negara tersebut mempunyai potensi menjadi pusat AI yang menarik.
Keempat negara ini merupakan perwakilan kecakapan AI di Asia.
JEPANG
Pemerintah Jepang memiliki peran besar dalam menopang penelitian AI. Negara ini digadang sebagai salah satu lingkungan inovasi terdepan di dunia. Kondisi ini bisa menjadi lebih baik jika mereka berfokus kepada kebijakan pendidikan, terutama dalam aspek soft skill dan pembelajaran seumur hidup(keunggulan yang Singapura telah miliki).
AI Expo Tokyo 2018 yang merupakan konferensi pasar AI terbesar di Jepang. Sumber: AI Expo Tokyo.
Berdasarkan pengalaman saya, Jepang tergolong maju dalam proses adopsi kecerdasan buatan. Hal ini terlihat dari berbagai debat konstruktif mengenai dampak dari AI terhadap ekonomi dan masyarakat. Mereka juga telah mulaimempersiapkan berbagai skenario dan solusi bagi penggunaan AI di masa depan. Sementara negara lain seperti Korea, Taiwan, dan Singapura masih mempromosikan pengetahuan dan konsep AI yang lebih mendasar.
TAIWAN
Taiwan memiliki sejumlah talenta terbaik di wilayah Asia dengan harga yang relatif murah. Jika kamu ingin membangun pusat data di Asia Timur Laut, Taiwan merupakan pilihan yang bagus. Itulah mengapa Google, IBM, dan Microsoft, tiga perusahaan teknologi raksasa dunia dengan anggaran AI yang besar, berekspansi ke Taiwan tahun ini.
Pusat data Google di kawasan industri Changhua, Taiwan. Sumber: CBS San Francisco.
Para engineer Taiwan mudah untuk dilatih terkait bidang teknologi mutakhir seperti AI. Tahun ini, pemerintah Taiwan juga sedang mencari ranah teknologi baru untuk meningkatkan Produk Domestik Bruto (PDB) dengan target mencapai US$613 miliar (sekitar Rp8,8 kuadriliun). Negara ini berencana meninggalkan ketergantungan terhadap industri manufaktur,dan pengembangan AI menjadi salah satu opsi industri lain.
KOREA SELATAN
Korea Selatan menyandang peringkat sebagai negara paling inovatif di dunia menurut indeks World Economic Forum. Negara ini telah mempersiapkan US$2 miliar (sekitar Rp28 triliun) untuk menunjang penelitian dan pengembangan kecerdasan buatan. Korea Selatan juga menempati peringkat tinggi mengenai kebijakan pasar tenaga kerja, terutama dalam aspek transisi pekerjaan.
Unit Intelijen dari The Economist baru-baru ini menyusun indeks kesiapan automasi yang menempatkan Korea Selatan di posisi pertama (disusul oleh Jerman, Singapura, dan Jepang). Ini menunjukkan Korea Selatan memiliki potensi besar menjadi pemimpin ekonomi berbasis AI.
Namun, meskipun negara ini memiliki latar belakang yang kuat dalam industri manufaktur dan teknologi, AI menjadi isu kontroversial. Pada April 2018, sejumlah peneliti memboikot universitas terkemuka di Korea Selatan yaitu Korea Advanced Institute of Science and Technology. Aksi ini muncul setelah universitas tersebut membuka “laboratorium senjata AI” dengan dukungan salah satu perusahaan terbesar di Korea Selatan.
Singapura
Singapura memelopori berbagai eksperimen menjanjikan dalam bidang pendidikan jangka panjang dan kebijakan pasar tenaga kerja. Negara ini menawarkan kesempatan bagi warga negara dewasa untuk mengikuti kursus pelatihan melalui akun belajar individual. Mereka juga mendorong perusahaan untuk berinvestasi lebih besar pada pekerja berupah rendah.
Alhasil, negara ini mendapatkan nilai tinggi untuk kebijakan tenaga kerja, bersama dengan Korea Selatan.
Penandatanganan MOU pengembangan digitalisasi dan otomasi maritim antara Maritime and Port Authority (MPA) Singapura dengan Research Council of Norway. Sumber: IBC Asia via Flickr.
Menurut saya, keunggulan Singapura terletak pada kemampuan mereka untuk tetap jadi pemain netral dalam melakukan kegiatan investasi maupun inkubasi teknologi dan bisnis AI (daripada terseret ke aksi adu pamer kemajuan masing-masing dengan bumbu nasionalisme berlebih seperti yang terjadi antara Amerika Serikat dan Cina).
Singapura juga menyesuaikan penempatan AI dengan keunggulan mereka(contohnya sejarah Singapura sebagai negara maritim). Ini menimbulkan pertanyaan mengenai bagaimana Singapura dapat bekerja lebih baik dengan industri yang sudah menjadi kelebihan mereka.
Terakhir, Singapura butuh melakukan inisiatif untuk menciptakan lingkungan ramah entrepreneur. Hal ini dapat membantu Singapura menjadi pusat talenta dan pertumbuhan AI di Asia yang memerhatikan beragam aspek kerja, seperti work-life balance yang sehat.
Komentar
Posting Komentar